klik sini

Friday, January 20, 2012

Makna Sirah Nabi s.a.w

Sirah (sirah) secara bahasa bererti jalan (ath-tharîq).

Kata sirah biasanya digunakan untuk menyebut Sirah Nabi saw.

(As-Sîrah an-Nabawiyyah), yaitu kisah hidup Nabi saw.; seperti kitab Sirah Nabi saw. yang dikarang oleh :-

-Ibn Ishaq (w. 153 H),

-al-Waqidi (w. 209 H),

-Ibn Hisyam ( w. 218 H),

-Ibn Saad (w. 230 H), dll.

Keinginan untuk menulis Sirah Nabi saw. sudah muncul dan dilakukan oleh sejumlah sahabat seperti:-

Urwah Ibn Zubair (w. 92 H),

Wahab Ibn Munabbih (w. 105 H),

Syurhabil Ibn Saad (w. 123 H),

Syihab az-Zuhri (w. 124 H).

Sebagian besar tulisan mereka tidak sampai kepada kita, kecuali yang sebagian yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabari dan sebagian bab yang ditulis oleh Wahab Ibn Munabbih yang tersimpan di kota Haidelberg, Jerman.

Para peneliti bersepakat, bahwa karangan Ibn Ishaq tentang Sirah Nabi saw. adalah yang paling dipercayai pada masanya, walaupun kitab Maghazi-nya tidak sampai kepada kita. Setelah itu pada tempoh selanjutnya muncul Abu Muhammad Abdul Malik yang dikenal sebagai Ibn Hisyam, setelah lebih dari 50 tahun Ibn Ishaq menulis kitab sirahnya.3 Tentang hal ini, Ibn Khalkan berkata, "Ibn Hisyam adalah orang yang mengumpulkan (materi) Sirah Nabi saw. dari kitab Maghâzi dan sirah karya Ibn Ishaq. Kemudian ia meringkas dan merangkumnya. Inilah kitab (sirah) yang berada di tangan masyarakat dan dikenal dengan Sirah Ibn Hisyam."

Sirah Nabi saw. biasanya disandarkan pada berbagai hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat, tabiin, dan generasi sesudah mereka tentang kehidupan Nabi saw. sejak kelahirannya, pertumbuhannya, dakwahnya pada Islam, jihadnya atas kaum musyrik dan peperangannya. Secara umum Sirah Nabi saw. mencakup seluruh kabar tentang Nabi saw. dari sejak kelahirannya sampai wafatnya.

Selain dalam kitab-kitab sirah, riwayat yang menceritakan kehidupan Rasul saw. juga terdapat dalam kitab-kitab hadis. Misalnya, dalam Shahîh al-Bukhari terdapat kitab Al-Maghâzi (kitab yang berisi cerita perang pada masa Rasul saw.); dalam Shahîh Muslim terdapat kitab Al-Jihâd dan kitab As-Siar (Sirah); serta dalam kitab-kitab hadis yang lainnya yang berisi hadis sahih, hasan, dan juga dhaif—seperti kitab Ashâb as-Sunnan (kitab sunan Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa'i, dan Ibn Majah, dll). Bahkan Imam at-Tirmidzi menulis sebuah kitab yang ia beri judul Asy-Syamâ'il al-Muhammadiyyah, yang berisi hadis-hadis yang menjelaskan sifat, ciri-ciri fisik, perilaku, peribadatan, dan hal lain yang berhubungan dengan diri Rasul saw.

Dengan kitab Sirah Nabi saw. dapat diketahui risalah yang dibawa oleh beliau kepada manusia untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari penyembahan terhadap hamba ke penyembahan kepada Allah Swt. Dengan Sirah Nabi saw. pula, kita dapat mengetahui kehidupan beliau sejak beliau dilahirkan, pertumbuhannya, hingga beliau dewasa; saat-saat menerima wahyu dan dakwahnya kepada manusia dan ajakannya pada agama yang lurus (Islam); termasuk konsekuensi yang beliau hadapi dalam menyebarkannya berupa penentangan, apa yang terjadi antara dirinya dan mereka yang menentangnya (orang-orang musyrik) berupa ‘pertarungan’ argumentasi, dan mereka yang mencintainya hingga berkibar bendera kebenaran dan bersinarnya cahaya iman.